Senin, 14 Mei 2012

Malu tapi Bukan Malu-Malu Kucing


   Sahabat, dalam putaran waktu yang terus bergulir tak kenal lelah. Dalam sempurnanya gulita yang akan beralih menuju benderang. Marilah sejenak heningkan diri! Lihatlah 'seonggok darah' yang menentukan seluruh episode dalam panggung sandiwara kehidupan dunia. Tengoklah ke dalam 'samudra tak bertepi' yang dapat mengantar manusia menembus tujuh lapis langit kemuliaan dan mensejajarkan diri dengan para malaikat, atau menjatuhkan manusia dalam lembah kenistaan sehingga lebih rendah dari binatang paling hina.

  Semak dan dengarkan bisikan lirihnya. Adakah ia mengutarakan rasa bangga saat berbukti dosa dirangkai? Perhatikan juga dengan seksama perubahan ujudnya. Adakah ia hitam pekat atau bersinar terang?
Sahabat, saat kita mendengarkan bisikan lirihnya, 'aku malu telah berbuat dosa. Aku malu telah berlaku nista. Dan aku malu telah bersikap hina'. Lantas, kita menyaksikan rupanya bersinar cerah. Yakinlah, bahwa diri ini berarti mengakui Allah senantiasa mengawasi dengan " Kamera ilahiah" yang setitik pasirpun tak akn mungkin luput dari pantauan. Ketahuilah  bahwa" kamera super power" melekat dalam diri dan keseharian kita. Tak hanya ucapan atau perbuatan, bahkan yang terbesit di hatipun telah diketahui. Yakinlah bahwa dalam diri ini masih bersemayam setitik keimanan kepada ilahi.

   Sahabat, mari tundukkan kepala sebagai bentuk rasa malu. Kita mungkin sering merasa malu, tapi malu-malu kucing. Karena itu, pertebal rasa malu mulai sekarang. Malu dengan sebenar-benar malu dan tidak menjadikan diri ini sebagai orang yang tak tau malu. Sebab bukankah malu itu merupakan keping puzzle yang melengkapi keimanan seseorang?

  "Orang yang malu karena Allah dengan sepenuh malu hendaklah menjaga kepalanya dari isinya, memelihara perut dan segala dan segala yang dimakan nya, selalu ingat akan kematian dan apa yang terjadi didalamnya. Siapa yang menginginkan akhirat, maka tinggalkan perhiasan dunia. Maka yang melakukan semua itu, berarti ia telah malu kepada Allah dengan sepenuh malu ". (HR. Ahmad, Tarmudzi dan Hakim)
Mungkin hati ini akan tertunduk malu atas semua dosa, alfa dan khilaf yang selama ini telah kita lakukan?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar