Jumat, 11 Mei 2012

Fakir Hati Miskin Nurani

 
Berjalan di pinggir kota yang terik dan berdebu
Tertatap soerang bocah mungil laki-laki memeluk pohon
Kuhampiri, kusapa, tampak di dahinya basah keringat bercampur debu

"Kemana ayahmu nak?" tanyaku
ia hanya mengelengkan kepala dan membisu
"Ibumu..?" kejarku
"Ayah dan Ibu telah tiada om," jawapnya layu
"Apa kamu sudah makan? Kalau belum, ini om punya roti tinggal satu. Makanlah agar hilang laparmu!"
ia diam menetap wajahku. Seperti pandangan haru.
"Ambilah!" sodorku

"Kalau roti tinggal satu ini saya makan, lantas om makan apa?"

Bagai petir dahsyat menghantam kalbuku
Jiwaku terbongkah, nuraniku mengeliat
Fikiranku melesat menerobos imajinasi dimensi waktu,
kemudian batinku berteriak;

"Ya Allah, hamba-Mu ini malu, malu sekali ya robb
Anak kecil sebatang kara yang sangat membutuhakan makanan,
tapi dia malah memikirkan nasib orang lain,
dia takut orang lain kelaparan seperti dirinya"

"Ya Allah, hamba-Mu ini malu, malu sekali ya robb
Andaikan dia yang jadi orang mampu
Mungkin dia yang akan menshadaqahiku

"Ya Allah, hamba-Mu ini malu, malu sekali ya robb
Mungkin banyak bocah-bocah lainya yang seperti itu
Namun kebanyakan hamba-Mu diam membisu seakan tak mau tahu
Sesungguhnya yang fakir dan miskin bukan mereka
tapi yang fakir adalah kita,
yang miskin adalah kita
fakir hati
miskin nurani





Tidak ada komentar:

Posting Komentar