Sabtu, 27 Oktober 2012

Shodaqah Memang Ampuh ..!!




            Perbanyak dan bersegeralah bersedekah, karena di dalamnya terdapat banyak manfaat. Mulai dari menanbah banyaknya rizki, memperbanyak teman dan saudara, memudahkan urusan, serta menolak bala` yang akan menimpa kita.    Bahkan sedekah juga, dengan izin Allah Swt dapat menunda kematian.
            Hindarilah permusuhan dan pertengkaran dengan cara menghilangkan sifat rakus dan serakah dalam diri kita.


Sedekah menambah Rizqi:
         Rasulullah Saw, bersabda :  "Tidak akan berkurang harta dengan sedekah"   ( HR.Muslim)

Menolak bala dan Keburukan
        Rasulullah Saw, bersabda:   "Bersegeralah bersedekah , sebab yang namanya bala` tidak pernah bisa mendahului sedekah"
Rasulullah Saw, bersabda:   "Sedekah bisa menutup 70 pintu dari pintu-pintu kejelekan"  (HR.Thabrani dalam Al-Kabir)


Menunda Kematian dan Memanjangkan umur
               Sabda   Rasulullah Saw,   "Perbanyaklah   sedek ah.  Sebab, sedekah bisa memanjangkan umur."
Rasulullah   Saw   bersabda,   "Dan takutlah kalian dari sifat rakus dan serakah, sebab ia telah menghancurkan  banyak ummat   sebelum kalian,   mereka saling   membunuh  dan   menodai   kehormatan"


Islam telah memerintahkan umatnya untuk bersedekah, sebagaimana firman Allah Swt:
          "Perumpamaan sedekah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,  pada tiap-tiap bulir seratus bijih, Allah melipatgandakan  (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki.  Allah Mahaluas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui."    (Al-Baqarah:  261)

"Dan nafkahkanlah sebagian dari harta kalian yang mana Alah telah menjadikan kalian menguasainya.  Maka orang-orang yang beriman di antara kalian dan menafkahkan sebagian dari hartanya akan memperoleh pahala yang besar."    (AL-Hadid: 7)

Di dalam surat yang lain, Allah juga berfirman:
   "kalian sekali-kali tidak akan mendapatkan kebajikan (yang sempurna)  sebelum menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai.  Apa saja yang kalian nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya."  
(Ali Imran:  92)


Dalam sebuah hadist,  rasulullah telah bersabda:
    "Tidak satu haripun yang dilalui oleh hamba Allah, kecuali ada dua orang malaikat turun kepadanya.  Satu di antaranya berdoa:   Ya Allah berilah ganti bagi orang yang telah menafkahkan hartanya di jalan-Mu.  Sedangkan yang lainnya berdoa:  Ya Allah, berilah kerusakan atas harta orang yang enggan menafkahkannya."      (HR.Muslim)

Rasulullah Saw, juga bersabda:
      "Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan mencegah dari proses kematian yang menyengsarakan."   (HR. At-Tirmidzi dan menurut beliau hadist ini berstatus hasan)





Selasa, 23 Oktober 2012

Merantau dan Man Jadda Wajada


"Merantaulah, kamu akan mendapatkan pengganti kerabat dan teman"  Imam Syafii


                  Di umurnya yang ke-15 tahun, Alif, seorang anak dari sebuah kampung di pinggir Danau Maninjau memuali lembar baru dalam hidupnya.  Dia diminta ibunya untuk merantau ke Jawa, yang artinya dia harus melintasi punggung Sumantra dan Jawa menaiki bus selama 3 hari 3 malam.  Tujuan perantauannya adalah sebuah pesantren di pelosok Ponorogo, bernama Pondok Madani. Dia merantau tidak dengan sepenuh hati, penuh kegalauan, dan tidak jarang dia ingin lari dari rantau dan pulang ke kampung halaman.
                  Pengalaman merentau sungguh membentuk karakter saya sedemikian rupa sehingga melihat hidup dengan lebih bermakna dan berwarna. Merantau artinya berani meninggalkan kenyamanan rumah dan keluarga menuju tanah asing. Perjuangan ini yang mengasah jiwa dan raga seseorang untuk lebih maju
                  Alif awalnya terpuruk dan menyendiri, karena merasa asing dengan lingkungannya yang baru.  Untunglah dia punya teman-teman baru. Bersama mereka mengatasi rasa gamang, bersama mereka saling mendukung dan saling menguatkan, meneguhkan hati untuk saling mengapai impian.

                                                                             ***

                  Perantauan yang jauh, persahabatan yang lekat, serta memegang teguh akar agama dan budaya untuk berbuat terbaik.  Alif beruntung mendapatkan sebuah "mantra"  baru dalam hidupnya,  yaitu  Man Jaddah Wajada.  Sebuah syair Arab yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.  Dengan mantar ini, Alif kemudian berani untuk punya cita-cita.
                Harapan dan impian yang diingat-ingat terus dalam hati adalah jelmaan doannya. Makanya bermimpilah setinggi-tingginya, jangan pernah remehkan impian kita, karena sungguh Tuhan itu Maha Mendengar.
                Menurut saya kunci keberhasilan menggapai cita-cita adalah kombinasi yang kuat antara Man Jadda Wajada  doa, dan ikhlas. Sungguh-sungguh tanpa doa tidak lengkap. Sungguh-sungguh dan berdoa saja tidak sempurna tanpa ikhlas.
                Kesungguhan itu artinya mengusahakan apaun itu di atas usaha rata-rata orang lain. Going the extra miles. I'malu fauqa ma amiluu. Kalau melebihkan usaha diatas rata-rata, maka biasanya hasilnya juga akan di atas rata-rata, menjadi yang terbaik.
               Konon Kiai Imam Zarkasyi, sang pendiri pondok Gontor pernah mengejutkan para santrinya.  Kiai ini berdiri menghunus dua golok. Golok di tangan kanannya tampak baru dan berkilat-kilat. Sementara yang sebelah kiri tampak sudah berkarat. Golok yang berkilat-kilat ditebaskan ke sebatang pohon kayu sambil mengobrol dengan para santri. Akibatnya, ayunan golok santai dan kayu tidak terbelah.
                Sejurus kemudian, beliau ganti menghunus golok tumpul dan berkarat. Kali ini mimiknya sangat serius. Lalu dengan sepenuh tenaga, dia mengayun golok karat dengan cepat ke arah kayu.  Brak! Besi berkarat mengahajar kayu.  Tidak terjadi apapun.  tapi Kiai tidak menyerah, dia mengulang0ulang hal yang sama sampai akhirnya ..plar ..., kayu ini terbelah dihajar oleh golok berkarat itu.

                Hikmah yang ingin disampaikan belau adalah orang pintar bagai golok tajam.  Tapi kalau tidak serius dan malas-malasan, maka belum tentu berhasil.  Kepintaran akan mubazir tanpa aksi sungguh-sungguh.  Sedangkan orang yang biasa saja atau kurang pintar ibarat golok karatan.  Namun, kalau orang itu terus bekerja keras, tidak lelah mengulang-ulang usaha, maka lambat laun akan berhasil.
                Usaha yang sungguh akan mengalahkan usaha yang biasa-biasa saja.  kalau bersungguh-sungguh akan berhasil, kalau tidak serius  akan gagal.
Keberhasilan terbaik adalah keberhasilan bersama.  Bahwa kata Nabi Muhammad, sebaik-baiknya manusia adalah yang membawa manfaat buat orang lain.





Mendasyatkan Diri dengan Masalah Hidup




            Janganlah sekali-kali mengandai-andai, karena fikiran ini akan membuat kita tambah menderita.  lebih baik nikmati saja setiap episode persoalan yang datang. Kalau kita hendak makan , lantas lauknya yang ada hanya sambal, maka jangan membayangkan sambal goreng ati, gepuk, atau rendang.  Karena, ini hanya akan membuat kita semakin stress dan hilang selera makan. Sudah ini saja yang kita santap, sehingga insya Allah akan terasa lebih nikmat ketimbang membayangkan apa yang tidak ada. Ketahuialh, timbulnya kesengsaraan sering kali karena kita suka berandai-andai.
           Orang yang suka meyakini dan menjalani episode demi episode persoalan dengan baik dan penuh ketenangan,  niscahya akan mendapat keberuntungan.  Betapa tidak!  Karena Allah akan menanamkan keyakinan dalam hatinya, bahwa semua itu tidak akan menghancurkan diri, kecuali akan mengangkat kemuliaan.
           Oleh karena itu, barang siapa yang ridha terhadap ketentuaan Allah, maka Allah pun akan ridha kepadanya.  Kalau ada air tertumpah di tanah, maka orang yang bodoh adalah yang menyesali dan menangisi air yang tertumpah tersebut.  Padahal sumua itu tidak ada gunanya.  Bukankah lebih baik mencari air yang baru saja?
            Jadi,  tergantung pada kreatifitas kita dalam menyelesaikan suatu masalah.  Aneka masalah yang kita hadapi akan menambah mutu kita jauh lebih tingi bila kita mampu secara kreatif dalam mengatasinya.
Nah, di sini justru masalahnya.  Kebanyakan orang tidak memiliki kreatifitas berfikir yang bagus dalam hal ini.  Ketika terlontar perkataan yang penghinaan dari seseorang, maka yang terfikir dan terucap dari mulut kita pun penghinaan serupa, yang bernada pembalasan.  Akibatnya, tidak jarang terjadi perkelahian tanpa sebab yang bisa dipertangung jawabkan.
               Kita memang sering malas untuk berfikir, mengembangkan daya pikir dalam mengahadapi masalah.  Cenderung ingin terburu-buru dan ingin cepat beres.  Padahal tidak seharusnya begitu.  Hendaknya setiap masalah kita olah dan kita hadapi dengan kreatif, karena setiap persoalan itu justru akan membuat kita semakin bermutu jika kita tahu ilmunya.

                Adakah kalau orang yang menghina lantas kita otomatis menjadi hina.  Ketahuilah, tak akan pernah rusak kemuliaan kita karena penghinaan orang lain.  Bukankah yang mengangkat dan menjatuhkan kemualiaan seseorang itu hanya Allah?  Kendati orang lain mati-matian menjatuhnkan dan menghina kita, tetapi kalau derajat kita telah diangkat oleh Allah, siapa yang bisa menjatuhkannya?
                Sekali lagi, tidak ada alasan untuk merasa serba takut dalam mengahadapi apa yang sedang dan akan terjadi. Karena, apapun yang terbentuk dalam fikiran kita akan terefleksi dalam kehidupan nyata.  Sekali kita memandang salah atau berat suatu persolan semakin menyusahkan dan memberatkan.
                Seberat apapun persoalan yang menimpa kita, hendaknya kita sadari, inilah memang kadar persoalan yang layak kita hadapi selama ini. Ingatlah, semakin berat suatu ujian, semakin menunjukkan di mana posisi derajat kita saat ini
                Bagi seseorang yang disukai Allah, tatkala ditimpa  suatu persoalan, maka dibukakan hikmah untuknya, tergantung tingkat kesalehannya.  Semakin tinggi tingkat kesalehan seseorang maka semakin cepat pintu hikmah dibukakan.
                 Adapun cirinya adalah ia selalu meresa bahagia  dan mampu menikmati musibah yang tengah menimpa.  Saat musibah datang, hatinya langsung berujar,  "Inilah musibah yang akan mengangkat derajatku."   Semakin orang bisa merasakan nikmat dari musibah yang ada, itu berarti dia akan diselimuti oleh Allah dalam lautan nikmat, apapun yang terjadi.   Wallaahu a'lam





Hukum Chatting



                Interaksi via ineternet seperti chatting ikhwan &akhwat yang bukan mahram sama halnya dengan berbicara lewat telepon, sms, dan berkiriman surat. Semuanya memiliki kesamaan. Yaitu sama-sama berbicara antara lawan jenis yang bukan mahram. Kesamaan ini juga mengandung adanya kesamaan hukum. Karena hal itu ada dua hal yang perlu kita bahas sebelum kita lebih jauh membicarakan hukum chatting itu sendiri.
Pertama,  adalah hukum bicara dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Kedua, adalah hukum khalwat.

               Berbicara antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram pada dasarnya tidak dilarang apabila pembicaraan itu memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh syara'.   Seperti pembicaraan yang mengandung kebaikan, menjaga adab kesopanan, tidak menyebabkan fitnah dan tidak khalwat.
               Dalam sejarah kita lihat bahwa istri-istri Rasulullah berbicara dengan para sahabat, ketika menjawab pertanyaan yang mereka ajukan tentang hukum syariah. Dalam hal ini, Allah Swt berfirman yang artinya:  "Karena itu janganlah kamu (istri-istri Rasul) tunduk dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik."  (QS. al-Ahzab:32)

                Imam Qurtubi menafsirkan kata alkhudhu' (tunduk) dalam ayat di atas dengan arti lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati.
Artinya pembicaraan yang dialarang adalah pembicaraan yang menyebabkan fitnah dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata-kata yang diungkapkan dalam bentuk tulisan.  Karena dengan tulisan seseorang juga bisa mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan khusus, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik.
                 Termasuk juga dalam melembutkan suara adalah kata-kata atau isyarat yang mengandung kebaikan, namun bisa menyebabkan fitnah.  Yaitu dengan cara dan bentuk yang menyebabkan timbulnya perasaan khusus atau keingainan yang tidak baik pada diri lawan bicara yang bukan mahram. Baik dengan suara ataupun tulisan.
                 Adapun khalwat, hukumnya dilarang dalam agama Islam. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah Saw yang artinya:  "Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahram."   (HR. Bukhari dan Muslim)

                 Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh  lain.  Perbuatan ini dilarang karena ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang kepada pelakuknya untuk terjatuh dalam perbuatan yang dilarang.
                Khalwat bukan saja dengan duduk berduaan. Tetapi ngobrol lewat telepon di luar kebutuhan syar'i juga dihitung berkhalwat.  Karena mereka sepi dari kehadiran orang lain, meskipun fisik mereka tidak berada dalam satu tempat. Bahkan lewat telepon mereka lebih bebas membicarakan apa saja selama berjam-jam tanpa mereka ketahui.
               Hukum chatting sama dengan menelpon sebagai mana yang sudah diterangkan. Artinya chatting di luar kebutuhan yang syar'i termasuk khalwat. Namun bila ada tuntutan syar'i yang darurat, maka itu diperbolehkan sesuai kebutuhan.  Tentunya dengan syarat-syarat yang sudah kita jelaskan di atas.




Oleh Ustdz. Hanifah Auliya Fiddin



Bahaya Tama'im (Jimat)




             Suatu ketika, datang serombongan yang terdiri atas 10 orang meghadap Nabi Muhammad Saw untuk berbaiat (menyatakan masuk Islam). Lalu Rasulullah Saw membaiat yang sembilan orang dan menahan yang seorang lainnya. Para sahabat bertanya,  "Mengapa engkau menahan yang seorang lagi ya Rasulullah."
Beliau menjawab,  "Sesungguhnya di pundaknya terdapat jimat."
            Akhirnya, laki-laki itu membuang jimat yang ada di tubuhnya.  Setelah itu baru Rasulullah Saw membaiatnya seraya bersabda,  "Barang siapa yang menggantungkan jimat, sesungguhnya dia telah melakukan perbuatan syirik. "   (HR Ahmad, Al-Hakim, dan Abu Ya'la dengan isnad jayyid)
            Hadis tersebut menyiratkan larangan kepada kaum Muslimin untuk melakukan hal-hal yang berbau klenik.   Memasang jimat untuk menolak bala, mengandalkan jampi-jampi untuk menolak penyakit, dan memakai guna-guna untuk mencelakakan orang lain adalah bagian dari hal yang berbau klenik. Tindakan seperti ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

             Istilah yang sering  kita kenal sebagai jimat, dalam Islam dinamakan tama'im (tamimah), yaitu sesuatu yang mereka gantungkan kepada anak-anak mereka untuk mengusir jin, penyakit mata, dan lain-lain . Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat, dan tiwalah (guna-guna yang dipakai wanita untuk menjadikan suaminya cinta kepadanya) adalah syirik."   (HR Ahmad, Abu Dawud, Baihaqi, dan Hakim).
             Para sahabat dan tabi'in juga sangat membenci jimat-jimat. Hudzaifah pernah melihat seorang laki-laki yang mengantungkan benang sebagai jimat, lalu beliau membacakan ayat yang terdapat dalam surat Yunus ayat 106,  "Dan jangan engaku seru sesuatu dari selain Allah apa yang tidak memberi manfaat maupun madharat kepada kamu .."
             Diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha'i, salah seorang pembesar tabi'in berkata,  "Mereka (para sahabat) membenci semua bentuk jimat, baik yang dari Al Qur'an maupun bukan dari Al Qur'an. Berdasarkan dalil-dalil yang mu'tabar pelarangan terhadap semua bentuk jimat, jampi-jampi, dan guna-guna bagi orang Mukmin itu dilatari beberapa alasan.

              Petama, Nabi Muhammad Saw mengingkari orang yang memakai tamimah (jimat), baik tamimah itu ayat Al Qur'an maupun bukan.  Kedua, Untuk mengantisipasi kemugkinan meliuasnya penggunan jimat. Orang yang mengantungkan Al Qur'an menjadi jimat, suatu ketika akan menggantungkan hal yang lain untuk kepantingan yang sama.
             Ketiga, Perbuatan semacam itu sama dengan merendahkan dan menghina Al Qur'an. Orang yang memakainya akan membawanya ke tempat-tempat najis, buang air, istinja', kadang-kadang janabah atau digunakan oleh wanita yang sedang haid.
             Karena itu, sangat tepat pendapat yang mengatakan bahwa semua jimat, jampi-jampi, dan guna-guna itu terlarang. Bahkan para ulama telah melarang segala macam bentuk azimat, baik yang berupa tongkat, besi dan sebagainya dengan tujuan agar tidak diganggu oleh setan maupun jin.
             Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa dia pernah melihat pada leher anaknya suatu azimat, lalu dia mengatakan :  "Sesungguhnya keluarga Muhammad bin Ummi Abd jauh dari perbuatan syirik."
Allah Swt telah berfirman:
"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,  maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan."   (Al-Jin: 6)


                               "Sesungguhnya syaitan adalah musuh bagi kalian, maka sikapi mereka sebagai musuh. "  (Al-Fathir: 6)
                               "Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukkannya dengan Allah."    (QS. An-Nahl :99-100)