Minggu, 30 Desember 2012

Pasrah




           Aslama, secara harfiah berarti pasrah. Jika aslama, yuslimu, islaman diartikan sebagai keselamatan, karena sebuah kepasrahan akan dapat menyelamatkan pelakunanya.

Pasrah memiliki makna menerima hasil dengan rela atas suatu perbuatan yang telah dilakukan. Orang jawa bilang `legowo'. Jadi, pasrah terhadap keadaan bukan berarti diam dan tak melakukan apapun. Melainkan, melakukan segala sesuatu dengan yang tebaik lalu menerima hasilnya dengan lapang dada. Pasrah terhadap takdir atau ketentuan Allah adalah menerima apapun yang diberikan Allah.  Sebab pemberian Allah kepada hamba tergantung penilaian-Nya terhadap apa yang telah dilakukan oleh hamba tersebut. Karena Allah punya penilaian sendiri terhadap apa yang dilakukan hamba-Nya.  `Laa yanzu-rullaha ilaa ajsaamikum walaa ilaa suwaarikum, walaakinnallaha yanzuru ilaa quluubikum`.  Hadis ini menegaskan bahwa Allah lebih melihat hati seseorang dari pada paras, rupa, perbuatan dan segala perniknya.

             Bagaimanapun banyak manusia menganggap perbuatan seseorang sebagai riya atau pamer, namun jika sebetulnya yang melakukan justru malah berniat semata-mata karena cintanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberi hasil yang baik di ujung cerita hidupnya.  Namun sebaliknya, bagaimanapun banyak manusia menganggap perbuatan seseorang itu iklas dan tulus, namun jika Allah melihatnya sebagai perbuatan ria atau pamer, maka Allah akan menganggapnya sia-sia.

              "... Man aslama wajhahu lillahi wahuwa muhsin," (Siapapun yang memasrahkan wajahnya kepada Allah, itulah yang terbaik).  Ayat ini meng-indikasikan akan penyerahan total manusia kepada Allah baik jiwa maupun raga. Berbaik sangka atas ketetapan dan peraturan Allah. Bisa juga bermakna, melaksanakan perintah Allah dengan seluruh jiwa raganya. Dengan kata lain, ibadahnya `sepenuh hati`.  Maka orang yang seperti ini tidak akan merugi.  Ia akan mendapatkan hasil terbaik, di dunia maupun akhirat.

             Loh, apa hubunganya dengan hasil di dunia, toh yang dikerjakan sepenuh hati itu adalah ibadah. Sedangkan ibadah kan urusan akhirat?
              Segala perbuatan yang baik, jika dilakukan berniat karena ikhlas kepada Allah, ia akan bernilai ibadah.  Contoh, seseorang yang bekerja dengan niat mencari nafkah, dimana pendapatannya akan digunakan buat biaya sekolah putra-putrinya yang sedang menuntut ilmu agama, agar kelak mereka bisa menganal Allah dan menjadi penerang hidup bagi sekian banyak ummat manusia, maka pekerjaan yang dilakukan orang tersebut akan berniali ibadah.  Bahkan disanalah saatnya Allah ikut campur akan hasil dari pekerjaannya, lantaran niat pekerjaannya telah melibatkan Allah. Pasti Allah akan berikan hasil  yang tebaik.

             Akan tetapi dalam hal ini, sering manusia salah faham.  Banyak diantara mereka yang telah merasa melakukan pekerjaannya niat karena Allah, namun justru hasilnya tidak sesuai dengan harapannya, kemudian mengklaim bahwa Allah tidak fair dalam memberikan hasil. Sungguh , itu adalah persepsi yang keliru! Keilmuan dan pengetahuan manusia sangat terbatas. Tidak akan bisa mengetahui semua maksud dan tujuan perbuatan Allah.  Padahal hasil terbaik telah Allah berikan untuk seseorang yang berbuat tulus dan iklas. Namun sekali lagi, karena keterbatasan ilmu manusia, ia tidak bisa menerima kebaikan dari Allah tersebut.

             Oleh karenanya, prinsip dasar pasrah adalah mengakui keterbatasan ilmu dan kelemahan diri atas pengetahuan Allah sehingga mampu  berhusnudzon  atau berbaik sangka kemudian rela atas perbuatan Allah.  Fa`alu limaa yuriid. Allah akan melakukan perbuatan yang dikehendaki-Nya. Karena Allah adalah sumber kebaikan, maka mustahil bagi Allah memunculkan kehendak yang buruk. Hanya saja, kehendak Allah sering bertentangan dengan kehendak manusia. Untuk itu, dibutuhkan kepasrahan kepada Allah, minimal melalui do`a  sebagai beriku:  "Ya Allah, jadikanlah kehendak Mu sesuai dengankehendakku. Dan jadikanlah kehendakku sesuai dengan kehendak-Mu.  Lembutkanlah kehendak-Mu untuk kami agar kami bisa rela dan senang atas kehendak-Mu yang belum bisa kami fahami."



Sumber: Al Irsyad



Tidak ada komentar:

Posting Komentar