Senin, 31 Desember 2012

Dimana Al-Qur`an mu?




            Waman yarju loqoo`a ribbihi fal ya`mal amalan soolihan (Barang siapa yang ingin bertemu dengan Tuhannya, hendaklah ia berbuat baik).
Pada tulisan sebelumnya saya pernah menggambarkan perihal kebahagiaan sejati seperti kisah seorang ahli ibadah (abid) yang diwafatkan oleh Allah. Kemudian melaikat Jibril mengajak sang abid itu ke pelataran syurga. Abid pingsan.  Begitu sadar, Jibril bertanya, "mengapa engkau pingsan?"
            "Wahai Jibril, aku merasakan kenikmatan luar biasa disini. Seandainya kau berikan seluruh isi dunia padaku sebagai pengganti tempat ini, aku tidak mau."
            "Ah maasaa?"
            "Suwer deh Bril. Aku tidak akan pindah dari sini meski segala kenikmatan kau tawarkan.``
            "Mau ndak aku tunjukin tempat yang lebih nikmat dan mempesona dari ini?"
            "Inyong ora gelem. Karena mustahil ada keadaan yang lebih nikmat dari pada ini."
             Kemudian Jibril membawa abid tersebut ke sebuah keadaan yang sejuta kali lebih hebat dari sebelumnya. Karuan saja abid pingsan beberapa kali. Namun setelah sekian lama Jibril menunggu ia siuman, Jibril bertanya kepadanya.
             "Kamu kenapa sih, kok pingsan melulu, lemah jantung ya?"
             "Sembarangan!Bril, sungguh keadaan ini tak  akan terbayangkan oleh satupun manusia. Ini very-very spektakulerrr...!!" ujar abid sambil mengacungkan dua jempolnya.  "Andaikan kau gabungkan dua kenikmatan menjadi satu yakni seluruh isi dunia dan pelataran syurga tadi untuk menggantikan keadaan ini, maka aku tidak rela, wahai Jibril."
              "Lebaaay...!! Aku pindahkan kamu ke tempat lain...!
              "Jangan Briiill...! inyong orang sudddi.. Karena mustahil ada tempat yang setara dengan tempat ini, apalagi yang lebih baik dari ini. Emangnya kalo boleh tahu, tempat dan keadaan seperti ini, namanya apa Bril?"
              "Ini syurga cuy! Baru tau ya? Makanya gaul dooong...! Udah ah, kebanyakan nego nih, kaya calo bae sih. Hayo sekarang ikut saya...!
               "Ogah Bril, inyong ura gelem pindah sing kene...!" ratap abid tidak mau saat tangganya diseret Jibril menuju tempat lain.

              Sampailah Jibril dan abid di arsy. Singgasana Allah. Pesona dan keindahan berjuta-juta kali lipat ketimbang tempat semula. Tiba-tiba Allah ta`ala datang. Dan diasaat sang abid menatap wajah-Nya, abid pingsan tingkat tinggi. Bahkan sudah mencapai stadium koma. La yahya wala yamut. Begitu sadar, abid langsung tersungkur untuk sujud dan bergetar mengucap subhanallah, masya Allah. Kemudian saat itu Allah mengatakankepada abid. "ya, inilah Aku yang selama ini kamu sembah.''
              Sungguh, kenikmatan atau keindahan sejati, atau malah syurga yang sebenarnya adalah saat seorang hamba dan ketika Allah sudah menjadi tujuan dalam hidupnya, maka tiadalah berarti apapun yang ada di bumi ini, bahkan syurga pun tiada menggiurkan. Dahsyatnya,  bahwa cara untuk bisa bertemu dengan-Nya adalah amalan soolehan (perbuatan yang baik).  Bukan amalan sohehan (perbuatan yang benar). Sebab kebenaran bersifat `relatif` sedang kebaikan adalah kesepakatan.

             Shalat adalah mutlaq merupakan satu-satunya cara agar manusia bisa berbuat baik secara universal. `Baik` untuk diri sendiri, terlebih lebih untuk orang lain .  Kebaikan yang muncul dari akibat shalat adalah bukan hanya perilaku bijak yang dilakukan  untuk orang lain, melain kan juga kecerdasan pribadi secara menyeluruh, baik kecerdasan spiritual, emosional dan intelegensial.
            Innassolaata tanha anil fahsya`i wal mungkar.  Sesungguhnya shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Jadi, shalat selain memunculkan kecerdasan menyeluruh dalam diri seseorang, ia pun menjauhkan pelakunya dari perbuatan-perbuatan yang mema-lukan. Perbuatan busuk bertopeng khusuk. Ia juga menciptakan pribadi yang sejati. Sosok yang sebenarnya. Bukan srigala berbulu domba. Sebab mudah bagi manusia ngebagus-bagusi penampilan-nya. Bahkan manusia sanggup untuk tega mengelabuhi manusia lain denga berpura-pura menjadi sosok figuritas agama, padahal berhati iblis. Kemana-mana hatinya menenteng kompor untuk memanas-manasi orang. Mengajak orang lain untuk membenci apa yang tidak disukainya. Senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang.
             "Ah, buktinya tidak sedikit juga kok orang yang shalat tapi bermulut busuk!"
              Memang dalam hal ini Allah sendiri telah mengingatkan buat orang yang seperti itu.  Fawaylul lil mushollin alladzhiynahum an sholaatihim saahuun. Mari perhatikan kalimat di atas.  Yang digunakan adalah kalimat `an sholatihim`  yang artinya `tentang shalatnya` bukan `fiy sholatihim`  yang berarti di dalam shalatnya. Jadi, yang celaka itu bukan orang yang tidak khusu` dalam shalat, melainkan orang yang shalat namun perbuatannya seperti orang yang tidak shalat.

             Oleh karenanya, perlu disadari benar oleh setiap orang yang mendapat perintah shalat itu sendiri. Bahwa shalat berasal dari kata shilah yang berarti hubungan.  Sedangkan hubungan memiliki dua arah esensial yakni hubungan kepada Allah dan hubungan kepada sesama makhluk. Ya, seluruh cipataan Allah secara menyeluruh. Inilah yang dimaksud rahmatan lil alamin. kasih sayang untuk seluruh alam.
              Perlu juga dicermati bahwa inti dari maksud diutusnya kanjeng Rasul, semata-mata hanya untuk membenahi akhlaq.  baru kemudian cara dan strategi pembenahan akhlaq itu diberikan dalam bentuk shalat, puasa dan lain-lain.  Bahkan  Allah pun langsung ikut campur dalam misi akhlaq ini dengan memberikan Al-Qur`an buat hamba-Nya.  Al Qur`an yang menjadi pedoman dan petunjuk hidup manusia tentang tata cara hidup berakhlaqul karimah merupakan solusi yang tidak bisa di tawar untuk mendatangkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Maka, siapapun yang ingin bahagia, bergurulah kepada Rasul lewat sunnah nya dan kepada Allah lewat Al Qur`an. Niscaya hidupnya akan beres.

              Lihatlah Rasulullah yang meletakkan Al-Qur`an di dalam hatinya sehingga menjadi akhlaq dalm hidupnya.  Lalu dimanakah kita meletakkan Al-Qur`an?

             Jadi kesimpulan dari ulsan yang sangat singkat ini adalah seluruh isi dariajaran islam yang tidak lain untuk terciptanya aklhaq yang mulia. Serta munculnya kecerdasan EQ, IQ dan SQ. Sehingga terbentuklah keharmonisan antara seluruh ciptaan Allah.
            "Tapi kok, ada juga orang yang sanggup hafalkan Al-Qur`an, sementara kepribadiannya mirip orang kesetanan?"
Barangkali Al-Qur`an baginya  hanya hiasan suara yang dilantunkan lewat bibirnya, bukan petunjuk yang kemudian dijadikan akhlaq.  Memang terdapat beberapa alasan ketika seseorang menghafalkan Al-Qur`an.  Ada yang karena sebegitu cintanya terhadap Al-Qur`an sehingga ia konsisten untuk juga mengamalkannya. Namun ada juga yang karena menjadi persyaratan akademis kemudian terpaksa ia harus menghafal, bahkan malahan ada yang tadinya memang niat ingin manghafal Al-Qur`an namun ketika dirasa mulai membawa keuntungan secara materi, akhirnya ya sekalian. Jual ayat biar sering dapat panggilan ceramah. Nanti kalau dirasa hafalan Al-Qur`an nya mulai melemah  sehingga tidak lagi mampu mnjadi bumbu dalam ceramah sambil atraksi sulap.  Lumayan jadi punya dua gelar kan, ya ustadz juga, ya tukang sulap juga.
"Memang ada yang begitu?"
Manakutau...!!!




Sumber: Al-Irsyad





             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar